Rabu, 19 Juni 2013

4. Dimanakah Hati Nuranimu ?! ( Manusia dan Penderitaan )


Sangatlah miris dan memprihatinkan melihat penderitaan yang dialami Supriono, tidak selayaknya dia mendapat perlakuan seperti itu.
Beban yang dialaminya sangatlah berat dengan statusnya sebagai pemulung yang berpenghasilan dibawah rata-rata tiap harinya dia harus berjuang bertahan hidup melawan kerasnya hidup di Ibukota, ditambah lagi dengan harus kehilangan putranya yang meninggal dunia karena sakit.

Sudah harus kehilangan putranya, Supriono mendapatkan perlakuan yang tidak wajar dari pihak rumah sakit yaitu tidak mendapatkan fasilitas ambulan dari rumah sakit untuk menghantarkan jenazah putranya ke pemakaman dengan alasan tidak mempunyai uang untuk membayar biaya ambulan, sehingga harus membopong jenazah putranya dengan naik kereta api.

Seharusnya pihak rumah sakit pun mengerti dengan keadaan Supriono sebagai orang yang tidak mampu dengan tidak membiarkan membopong jenazah putranya sendiri, tetapi seharusnya menyediakan ambulan untuk menghantarkan sampai ke tempat pemakaman.

Tidak sepantasnya Supriono mendapat perlakuan seperti ini, dimanakah hati nurani pihak rumah sakit dan pemerintah melihat kasus seperti ini.

Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama.  
http://anotherpaths.blogspot.com/2011/12/kisah-pemulung-dengan-gerobak-mayat.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar